Thursday, January 12, 2012

penanaman tebu


BUDIDAYA TANAMAN TEBU


I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim
a) Hujan yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang sampai menjelang panen.
b) Tanaman tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%
c) Suhu udara berkisar antara 28-34 derajat C.
1.2. Media Tanam
a) Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang
b) Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus dilakukan di musim hujan.
1.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dpl.
II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1. Pembibitan
Bibit yang akan ditanam berupa
(1) bibit pucuk,
(2)bibit batang muda,
(3) bibit rayungan dan
(4) bibit siwilan
a) Bibit pucuk
Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.
Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
b) Bibit batang muda
Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. 1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.

c) Bibit rayungan (1 atau 2 tunas)

Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat
2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha
Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal.

d) Bibit siwilan

Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

2.2. Pengolahan Media Tanam

Terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak.
2.2.1. Persiapan
Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya
2.2.2. Pembukaan Lahan
a) Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.
b) Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Penentuan Pola Tanam
Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan).
Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan.
Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.
2.3.2. Cara Penanaman
Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.
a) Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.
b) Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah.
Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm.
Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.
b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.
c) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam. Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.
d) Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.
e) Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati.
Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.
2.4.2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.
2.4.3. Pembubunan
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.
a) Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.
b) Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
c) Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.
2.4.4. Perempalan
Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.
2.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu (1) saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar.
Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari.
Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst.
2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:
a) Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.
b) Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.
c) Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman.
d) Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.
Pengairan dilakukan pada saat:
a) Waktu tanam
b) Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif
c) Pematangan.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1. Hama
a) Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens)
Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak. Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar.
b) Tikus
Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus.
2.5.2. Penyakit
a) Pokkahbung
Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun, pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga.
b) Dongkelan
Penyebab: jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.
c) Noda kuning
Penyebab: jamur Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman. Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.
d) Penyakit nanas
Penyebab: adalah jamur Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah bibit yang telah dipotong. Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat potongan, bau seperti buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25% fenylraksa asetat.
e) Noda cincin
Bagian yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan membakarnya.
f) Busuk bibit
Bagian yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang baik, serta tanah dijaga tetap kering.
g) Blendok
Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan pada musim kemarau. Penyebab: Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY), Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari.
h) Virus mozaik
Penyebab: Virus. Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen tergantung dari jenis tebu:
a) Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan
b) Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan
c) Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan.
Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.
2.6.2. Cara Panen
a) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
b) Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
c) Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.,
d) Pucuk dibuang.
e) Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling
Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam.
2.6.3. Perkiraan Produksi
Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120 ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80 tom/ha.
2.7. Pascapanen
2.7.1. Pengumpulan
Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan.
2.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik:
a) Tidak mengandung pucuk tebu
b) Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)
c) Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

arikel kebudayaan indonesi

ARTIKEL KEBUDAYAAN

A.Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan, kesenian, bukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang – ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.(Yudhi’m blog)

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itusendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang

kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala

pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat

seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

B.Ciri-ciri Kebudayaan

· Bersifat historis. Manusia membuat sejarah yang bergerak dinamis dan selalu maju yang diwariskan secara turun temurun

· Bersifat geografis. Kebudayaan manusia tidak selalu berjalan seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban, dan ada pula yang mandeg (stagnan) yang nyaris berhenti kemajuannya. Dalam interaksi dengan lingkungan, kebudayaan kemudian berkembang pada komunitas tertentu, dan lalu meluas dalam kesukuan dan kebangsaan/ras. Kemudian kebudayaan itu meluas dan mencakup wilayah/regiona, dan makin meluas dengan belahan-bumi. Puncaknya adalah kebudayaan kosmo (duniawi) dalam era informasi dimana terjadi saling melebur dan berinteraksinya kebudayaan.

· Bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu. Dalam perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui (batas) keterbatasannya. Di sinilah manusia terbentur pada nilai, nilai yang mana, dan seberapa jauh nilai itu bisa dikembangkan? Sampai batas mana? Budayaan

C. Seni Bagian Dari Kebudayaan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah bagian dari kebudayaan. Bila Ilmu pengetahuan berhubungan dengan dorongan manusia kepada pengetahuan, pengenalan, dan pemahaman, maka teknologi berhubungan dengan dorongan manusia kepada kemampuan dan penguasaan dunia. Namun, dalam diri manusia tidak hanya ada dorongan kepada pengetahuan dan teknologi saja, sebab dalam diri manusia ada juga dorongan akan keindahan, baik untuk dilihat maupun untuk mewujudkan apa yang dilihat, dirasakan atau dialami sebagai keindahan itu. Di dalam penginderaan kesan-kesan keindahan dan dalam kecenderungan untuk memujudkan kesan-kesan itu terletak dasar-dasar kesenian. Kesadaran akan keindahan itu disebut kesadaran estetis atau kesadaran keindahan, dan dorongan kepada penyataan atau pemberian wujud itu disebut dorongan ekspres estetis.
Di sinilah kemudian timbul Seni, yaitu keahlian mewujudkan keindahan itu dengan alat-alat tertentu.

D. Tujuan Kebudayaan Dasar

Tujuan Ilmu Budaya Dasar adalah Memngembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik menyangkut orang lain dan alam sekitarnya maupun yang menyangkut dirinya sendiri.

Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan :

1) Mengusahakan penajaman kepekaaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya.

2) Mengembangka daya kritis terhadap masalah kemanusiaan dan budaya.

3) Sebagai calon pemimpoin bangsa dan negara dan ahli di bidangnya, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahandan pengkotaan disiplin yang ketat.

4) Mengusahakan wahana komunikasi para akademis agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain.

Pokok bahasan yang dikembangkan :

• Manusia dan cinta kasih

• Manusia dan penderitaan

• Manusia dan pandangan hidup

• Manusia dan kegelisahan

• Manusia dan keindahan

• Manusia dan keadilan

• Manusia dan tanggung jawab

• Manusia dan harapan

E. Manfaat kebudayaan

· Manfaat Warisan Budaya Sebagai Sumber Ekonomi Baru INDONESIA

Jakarta, 11/7/2007 (Kominfo – Newsroom) – Dr. Agus Sardjono, SH, LLM, dosen Fakultas Hukum UI, mengemukakan gagasan mengoptimalkan warisan budaya sebagai alternatif sumber ekonomi baru di Indonesia akan menghasilkan berbagai manfaat bila dikelola dengan benar, dengan penerapan aturan hukum yang juga benar dan tepat.

Dalam paparan berjudul “Bagaimana Melindungi Kekayaan Warisan Budaya sebagai Kekayaan Intelektual Bangsa” pada Seminar Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Balai Sidang Jakarta, Rabu (11/7), Agus Sardjono mengatakan “benar” mengandung pengertian bahwa aturan hukum tersebut benar-benar menjadi pendukung bukan justeru menjadi penghambat.

Pengertian tepat, menurut Agus Sardjono, bahwa aturan hukum itu dapat dipahami dengan mudah sesuai sistem nilai, pandangan, sikap, dan perilaku warga masyarakatnya serta mampu memberi peluang berpartisipasi mewujudkan gagasan itu.

Paling tidak ada beberapa manfaat dapat diperoleh dari pemanfaatan warisan budaya sebagai sumber ekonomi baru Indonesia, bahwa pengembangan produk berbasis budaya justeru akan menghidupkan kembali jati diri bangsa Indonesia.

Manfaat lain Indonesia tidak akan kekurangan bahan baku mengingat bahan baku yang berlimpah baik berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.

Partisipapsi masyarakat diharapkan menjangkau daerah yang jauh dari perkotaan mengingat sebagian terbesar pelaku budaya justeru berdomisili didaerah, di pusat kebudayaan itu sendiri.

Agus Sardjono mengatakan, pada gilirannya akselerasi ekonomi berbasis pengetahuan tradisional dan seni dapat membantu peningkatan kesejahteraan ekonomi kelompok mamasyarakat pemangku dan pelaku tradisi bersangkutan.

Bila kekayaan keragaman budaya dan tradisi tersebut dikelola dengan baik dan benar, bukan tidak mungkin kebangkitan ekonomi Indonesia justeru dipicu bukan karena kecanggihan teknologi melainkan karena keindahan tradisi dan keragaman warisan budaya.

“Dalam konteks ini peran hukum menjadi sangat penting agar pemanfaatan warisan budaya tidak mengabaikan hak-hak masyarakat pendukungnya,” kata Agus.

Beberapa nara sumber turut tampil dalam seminar yang diselenggarakan dalam rangkaian Pekan Produk Budaya Indonesia 2007 tersebut diantaranya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Hubert Gizjen (Perwakilan UNESCO Jakarta), Marc Perlman (Ahli HaKI Budaya Tradisional, Brown University-USA), serta Adrian Tan (Ahli Ekonomi Kreatif) dengan moderator Menteri Perdagangan Dr.Mari Pangestu. (mnr/toeb/b)

· Manfaat Integrasi Budaya dan Pendidikan di INDONESIA

Telah lebih dari separuh abad masyarakat Indonesia berjuang mengentas garis kemiskinan dan salah satu cara jitu untuk mewujudkannya adalah dengan gencarnya promosi wajib belajar bagi usia tertentu. Fakta ini mencuatkan sebuah kesimpulan bahwa pendidikan indonesia adalah penting untuk mendasari kemajuan negara. Namun sayangnya pendidikan yang telah digulirkan lebih dari separuh abad ini tidak jua menunjukkan hasil yang signifikan pada peningkatan sumber daya manusia dan tercapainya kemakmuran.

“Sistem pendidikan indonesia telah dinyatakan gagal dalam mencetak generasi muda yang berbakat dan sekaligus memiliki penghormatan pada nilai budaya di Indonesia. Oleh karena itu, agar dapat mewujudkan Indonesia makmur dengan kekayaan budayanya, sistem pendidikan Indonesia perlu dirombak agar selain berperan sebagai pencetak keunggulan generasi muda juga sebagai pusat pembudayaan.”

Faktanya, pendidikan indonesia sampai saat ini masih dilaksanakan secara terpisah dari peran budaya indonesia. Hal ini menyebabkan belum tercapainya keberhasilan dalam pergeseran budaya menuju arah yang lebih mantap dalam kehidupan berbangsa. Hingga saat ini pendidikan indonesia masih terbatas pada penekanan kecerdasan akal yang terefleksikan dalam sistem kompetensi akademik kognitif di seluruh sekolah di Indonesia.

Sebuah kelompok budaya pendidikan pendidikan Kongres Kebudayaan Indonesia di Bogor pada tahun 2008 telah mendiskusikan sebuah tema yang menarik mengenai kebudayaan. Dari pertemuan tersebut disimpulkan bahwa etos kerja yang mantap pada diri tiap warga negara belum dikembangkan secara maksimal sehingga berakibat pada ketidakstabilan politikm ekonomi dan sosial, kurangnya kualitas kerja dan rendahnya kekreatifitasan dan produktivitas. Nilai-nilai tersebut perlu diasah untuk memajukan kehidupan bernegara.

Sistem pendidikan indonesia telah dinyatakan gagal dalam mencetak generasi muda yang berbakat dan sekaligus memiliki penghormatan pada nilai budaya di Indonesia. Oleh karena itu, agar dapat mewujudkan Indonesia makmur dengan kekayaan budayanya, sistem pendidikan Indonesia perlu dirombak agar selain berperan sebagai pencetak keunggulan generasi muda juga sebagai pusat pembudayaan.

Mengapa budaya indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan? Sebab kebudayaan merupakan akar dari sebuah konstruksi sosial yang bisa mempengaruhi masyarakat untuk lebih maju melalui pendidikan. Namun, kondisi pendidikan saat ini tidak cukup kuat untuk berperan dalam sebuah konstruksi sosial sebab hanya menekankan pada konsep the culture of survival yang belum mengarah pada konsep the culture of liberation.

Apakah makna dari the culture of liberation? Pendidikan yang ditujukan untuk memerdekakan dan membudayakan masalah budaya. Kenyataan yang ada pada pendidikan saat ini adalah penekanan pada satu aspek kognitif akademik yang terlihat pada UAN dan Olimpiade yang belum tentu memberikan dampak positif pada tiap siswa yang memiliki jenis kecerdasan yang berbeda-beda.

Pada dasarnya, pendidikan adalah upaya untuk memajukan pergeseran budaya dan kebudayaan masyarakat sekaligus meningkatkan tingkat peradaban. Seharusnya pendidikan juga mencakup lingkup kehidupan masyarakat dan kebudayaan dan tidak terbatas pada lingkup kelas yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Menyikapi keanekaragaman budaya, suku dan ras, sangatlah penting untuk melibatkan pendidikan kewarganegaraan dalam memajukan kualitas berbangsa. Materi ini mencakup pluralism yang mana menghargai perbedaan, pelaksanaan belajar dengan teknik kolaboratif dan kekreatifitasan. Pendidikan kewarganegaraan tersebut memang ditujukan untuk mengajarkan generasi muda akan pentingnya nilai kewarganegaraaan dalam rangka menyebutkan identitas nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Http//copyright Nurulafsiah@umm.com

Http//yudhi’m.blogspot.com

Http//yabina.org

Mengenal dunia social.com

Banjarkab.go.id

Monday, January 9, 2012

tata kata bahasa indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
            Dalam rangka mengetahui juga memahami tentang suatu materi atau pembahasan sebuah permasalahan dan  juga memperluas pengetahuan seseorang.Dengan di lengkapi perkembangan zaman yang semkin lama akan terus maju.oleh karena ituseseoran harus pandai menyeleksi yang positif maupun negative.
            Sebuah kampus yang bertempatan di jlMarpoyan , yaitu Universitas Islam Riau.Menampung mahasiswa/I dari bebagai daerah dan bermacam jurusan dan fakultas.Mereka masing-masing, atau kelompok disibuk kan dengan bermacam –macam tugas.
            Berdasarkan latar belakang di atas,maka kami ingin mengambil suatu pokok bahasan yang membahas tentang Tata Kata yang bersangkutan dengan pelajaran bahasa Indonesia.

B.RUMUSAN MASALAH
    Berdasar kan latar belakang di atas kami akan membahas sedikit lebih dalam tentang Tata Kata yang bersangkutan dengan pelajaran bahasa Indonesia.
C.TUJUAN
            Adapun tujuannya adalah untuuk mengetahui sedikit lebih dalam tentang materi pembahasan Tata Kata.Juga menambah wawasan seseorang yang ada dibidangnya.
D.MANFAAT
            Manfaatnya minimal seseorang tersebut dapat tahu tentang pemahaman materi tersebut.Jika seseorang memahami maka dia akan bisa berbahasa Indonesia dengan baik untuk penerapan di kehidupannya.

BAB II
               
A.       Kata
Kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
a.       Kata dasar yang biasanya terdiri dari morfem dasar. Seperti: kebun, lihat, anak.
b.       Kata berimbuhan dapat dibagi atas:
-    Awalan                               : berjalan, menulis
-    Bersisipan                        : gemetar, gerigi
-    Berakhiran                        : timbangan, langganan
-    awalan dan akhiran        : persatuan, kebenaran
c.        Kata ulang: main-main, berjalan-jalan
d.       Kata majemuk: matahari, sapu tangan
Catatan: Kata adalah satuan bahasa terkecil yang diperoleh sesudah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya dan mengandung sebuah ide.

B.Jenis Kata
1.       Kata Benda
                Kata yang menyatakan nama-nama benda atau segala sesuatu yang dibendakan. Misalnya: Pohon itu roboh diterjang badai.
                Kata benda berimbuhan
                pe-          : petani, pedagang, penyanyi
                peng-     : pengawas, pengirim, pemilih
                -an          : anjuran, bacaan, kiriman
                peng—an: pemberontakan, pendaftaran, pengakuan,
per—an: pertanian, perjuangan (hal), perkelahian, percakapan (perbuatan), perikanan,   
                persuratkabaran (yang berkaitan), perapian, perkotaan (tempat)
                ke—an   : kepergian, kedatangan (hal yang berhubungan), kekosongan, keberanian (keadaan),
  kebangsaan, kemanusiaan (hal mengenai), kedutaan, kelurahan (kantor/wilayah)
                -el-, -er-, -em-, -in-: telunjuk (tunjuk), gerigi (gigi), gemetar (getar), kemuning (kuning)
                -wan/-wati : ilmuwan, karyawati
                -at/-in, -a/-i: muslimin/muslimat, dewa/dewi
                -isme, -(is)asi, -logi, -tas : komunisme, kolonialisasi, biologi, kualitas

2.       Kata Kerja
                Kata yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan. Misalnya kakak belajardi kamar.
                Kata kerja berimbuhan:
meng-    : mengambil , mengikat,  mengolah
per-         : peringan, perlebar, perluas
ber-         : berunding, berantai, bekerja, berkarya
ter-          : terasa, terpercaya, tepercik
di-           : dibeli, diambil, didalami
-kan        : letakkan, buatkan, kumpulkan
-i              : pukuli, tangisi

3.       Kata Sifat
                Kata yang menyatakan sifat khusus, watak, keadaan benda, atau yang dibendakan. Misalnya: Kami kedinginan malam ini.
                Kata sifat berimbuhan:
                -i, -iah, -wi             : abadi, ilmiah, duniawi,
                -if, -er, -al, -is        : aktif (aksi), komplementer (komplemen), normal (norma), teknis (teknik)

4.       Kata Keterangan
                Kata yang memberi keterangan pada kata kerja atau pada kata sifat. Misalnya: Karena malu, ia segera berlari pulang.
                Kata keterangan berimbuhan:
                se—nya : sebaiknya, sebenarnya, secepatnya
                -nya        : rasanya, agaknya, rupanya, biasanya
5.       Kata Ganti
                Kata ganti adalah kata yang menggantikan kata benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti, antara lain terdiri atas:
a)       Kata ganti orang, yang meliputi:
1.       Kata ganti orang pertama tunggal. Misalnya: Saya sedang belajar Bahasa Indonesia.
2.       Kata ganti orang pertama jamak. Misalnya: Kami tidak akan membuat keributan lagi.
3.       Kata ganti orang kedua tunggal. Misalnya: Silakan Anda temui anak itu.
4.       Kata ganti orang kedua jamak. Misalnya: Kalian harus memperbaiki diri sebaik-baiknya.
5.       Kata ganti orang ketiga tunggal. Misalnya: Sejak sakit, iamenjadi anak pendiam.
6.       Kata ganti orang ketiga jamak. Misalnya: Apakah merekamenyadari kesalahannya?
7.       Kata ganti orang pertama dan kedua. Misalnya: Jika demikian, ya kita tinggal berdo’a.
b)       Kata ganti empunya
Misalnya: ku, mu, nya.
c)       Kata ganti penunjuk
Misalnya: ini, itu, sana, sini.
d)       Kata ganti penghubung
Misalnya: yang
e)       Kata ganti penanya
Misalnya: bagaimana, siapa

6.       Kata bilangan
                Kata yang menunjukkan bilangan atau jumlah suatu benda. Misalnya: delapan, seekor, sepucuk.
7.       Kata depan
Kata yang menghubungkan benda dengan kata-kata yang lain. Kata depan biasanya terletak di depan kata benda. Misalnya: di, dari, untuk.
8.       Kata sambung
                Kata yang menghubungkan dua kalimat menjadi satu yang utuh. Misalnya: dan, meskipun, melainkan.
9.       Kata sandang
Kata yang menentukan atau membatasi kata benda. Kata sandang biasanya terletak di depan kata benda. Misalnya: si, sang, para, hang.
10.    Kata seru
                Kata yang menyatakan luapan emosi atau perasaan. Misalnya: ah, amboi, astaga.

 A.Pembagian Jenis Kata Baru
1.       Kata benda adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang+kata sifat.
Misalnya: perumahan yang baru, pohon yang besar.
2.       Kata kerja atau verba. Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
        dengan+kata sifat.
Misalnya: Adik tidur dengan nyenyak, Andi berlari dengan kencang.
3.       Kata sifat. Segala kata yang mengambil bentuk se+reduplikasi+nya, serta dapat diperluas dengan paling,
        lebih, sekali.
Misalnya: se-tingi-tinggi-nya, paling sakit, sakit sekali.
4.       Kata tugas.
a.       Bentuk
Dari segi bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk, seperti: dengan, telah, dan tetapi tidak bisa mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya: tidak, sudah, dapat berubah menjadi: meniadakan, menyudahkan.
b.       Kelompok kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas dapat dibagi atas dua macam, yaitu:
1.       Kata tugas yang monovalen (bernilai satu), yaitu semata-mata bertugas memperluas kalimat. Misalnya: dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari.
2.       Kata-kata tugas yang ambivalen (bernilai dua), yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas yang monovalen dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk kalimat minim maupun dalam merubah bentuknya. Misalnya: sudah, tidak.
c.        Partikel kah, tah, lah, pun.
Partikel adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan mempunyai fungsi tertentu. Bentuk-bentuk kah, tah, lah, pun, adalah partikel penentu atau pengeras.
Fungsi dan makna partikel-partikel tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut:
1.       Partikel kah
Fungsi partikel kah.
a.       Memberikan tekanan pada pertanyaan, kata yang dihubungkan dengan kah itu dipentingkan. Misalnya: Belajar atau tidurkah dia?
b.       Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tidak tentu. Misalnya: Datanglah atau tidakah saya tidak tahu.
2.       Partikel tah
Fungsi partikel tah.
Fungsi partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya saja. Misalnya: apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam bahasa Melayu lama. Maka pertanyaan dengan memepergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang tentu.
3.       Partikel lah
Fungsi partikel lah adalah:
a.       Menegaskan sastra perbuatan baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan. Misalnya: Bukalah dengan rapi!
b.       Mengeraskan satu satra keterangan. Misalnya: Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu.
c.        Menekankan satra pangkal. Dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang. Misalnya: Engkaulah yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
4.       Partikel pun
Fungsi dari partikel pun adalah:
a.       Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata yang bersangkutan. Misalnya: Tak seorang pun keluarganya menghadiri pesta itu.
b.       Dalam penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian berlawanan. Misalnya: mengorbankan nyawa sekalipun aku rela.
c.        Gabungan antara pun+lah dapat mengandung aspek inkoaktif. Misalnya: Setelah mereka pergi, ayah pun tibalah.





B.       Kata Ulang
Kata-kata ulang disebut juga reduplikasi. Pada dasarnya kupu-kupu bukanlah termasuk kata ulang, tetapi ada sebagian ahli bahasa tetap kokoh dengan pendapatnya dengan mengatakan kupu-kupu, kura-kura, termasuk ke dalam kata ulang.
Pada prinsipnya pengulangan mempunyai syarat di antaranya:
1.       Selalu mempunyai dasar yang diulang
2.       Proses pengulangan tidak mengubah jenis (kelas) kata.
3.       Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa.
Macam-macam kata ulang:     
1.       Kata ulang dwipurwa. Ulangan atas suku kata awal. Contoh: leluasa, tetangga.
2.       Kata ulang utuh/ asli. Yaitu ulang atas bentuk dasar yang berupa kata dasar. Seperti: pencuri-pencuri, anak-
        anak.
3.       Kata ulang dwilingga salin suara atau berubah bunyi. Kata ulang yang terjadi perubahan bunyi pada bagian
        berulangnya. Seperti: bolak-balik, gerak-garik.
4.       Kata ulang berimbuhan. Kata ulang yang pengulangannya mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama
        maupun pada lingga kedua. Seperti: pukul-memukul, berpukul-pukulan.

Fungsi kata ulang
Menentukan fungsi kata ulang di sini sangat sulit, sebab fungsi dan arti terjalin erat. Bila hanya dilihat dari proses terjadinya kata ulang tersebut maka akan ditemukan adanya fungsi morfologis. Hal tersebut disebabkan oleh konsep bahwa prinsip perulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya, bila kata dasar dari jenis kata benda maka tetap akan kita dapatkan kata benda dari kata ulangannya, demikian pula untuk jenis kata yang lain.
Adapun arti yang didukung oleh perulangan adalah:
1.       Banyak yang tidak tentu
-          Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari
-          Kuda-kuda itu berkejar-kejaran.
2.       Bermacam-macam
-          Pohon-pohonan: banyak dan bermacam-macam pohon
-          buah-buahan: banyak dan bermacam-macam buah.
3.       Menyerupai
-          kuda-kuda
-          langit-langit
4.       Agak
-          Kemalu-maluan
-          kebarat-baratan
5.       Menyatakan intensitas
a.    Intensitas kualitatif. Contoh: belajar segiat-giatnya. Gunung itu yang setinggi-tingginya di Pulau Jawa.
b.       Intensitas kuantitatif. Contoh: kuda-kuda, buah-buah.
c.        Intensitas frekuentatif. Contoh: Bapak menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
d.       Menyatakan saling/ berbalas-balasan/ resiprok
-          Mereka bersalam-salaman.
-          Kedua saudara itu hidup tolong menolong.
6.       Menyatakan kolektif/ kumpulan
-          Anak itu berbasis dua-dua.
-          Pertandingan itu diikuti tiga-tiga regu.

C.       KATA SERAPAN
Contoh
Benar
Asal

Benar
Asal

Benar
Asal
aktif
active

indeks
index

praktik
practice
aktivitas
activity

karier
carier

rasional
rational
analisis
analysis

karisma
charisma

sistem
system
atlet
athlete

kolera
cholera

teknik
technique
ekspor
export

konkret
concret

teknologi
technology









BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulannya adalah kata dapat di bagi dari bentuk dan jenisnya masing –masing dan juga mempunyai fungsi masing –masing,juga pemahaman yang berbeda pula.


B.SARAN
 Teruslah anda menggli tentang berbagai pemahman tentang bahasa.Karena sebuah bahasa adalah satu –satunya alat komunikasi baik dengan suara mau pun gerakan semua menuntut kebaikan, etika,kesopansantunan. Jadi manfaatkan apa yang seharusnya jadi tempat suatu manfaat tesebut.