KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan lengkap hasil penelitian ini tepat pada waktunya. Maksud
dan tujuan dari pembuatan laporan ini tidaklah
lain untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh guru pembimbing.
Tak lupa kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus kepada guru pembimbing mata kuliah dasar-dasar
perlindungan tanaman atas petunjuk dan bantuannya dalam menyelesaikan laporan
ini. Selain itu, terima kasih juga kami ucapkan kepada segenap pihak yang
terlibat dalam penyusunan laporan ini baik yang secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan
sebagai pengantar. Besar harapan kami untuk bisa memperoleh masukan, saran, dan
kritik yang sifatnya membangun dari siapapun yang membaca laporan ini demi
kesempurnaan penyusunan laporan berikutnya. Sekian dan terima kasih.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Jagung
Zea mays L. Merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan
terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang
mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil. Daun
tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan,
memiliki sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini
terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian
memasukki siklus calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi
lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti
intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah
hujan yang rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta
kesuburan tanah yang relatif rendah.
Sifat-sifat
menguntungkan dari jagung sebagai
tanaman C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal
relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien
dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan
anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.
Tanaman
Jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia, akan tetapi rata-rata hasilnya
relatif lebih rendah, rendahnya hasil jagung terutama disebabkan oleh
pengelolaan
tanah dan tanaman yang belum mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhannya,
seperti pemupukan yang belum memadai dan kondisi lahan yang bersifat masam.
Cabe
merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki
nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara
Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu
masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia
dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu.
Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan
dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai
pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Cabai
rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupu di dataran rendah . bertanam
cabai rawit dapat memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan
dengan sungguh – sungguh .Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8
ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua
sampai dua setengah tahun selama musim tanam .
Tanaman
cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m
dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya
berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak
berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi
rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau.
Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3
bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu.
Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus
atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai
panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau
putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih,
berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga
varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri
tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar
dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan
ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi
merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun
muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Asal usul tanaman jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
• Teori Asal Asia
Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae.Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
• Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetic yang luas terutama di daratan tinggi peru. kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian pada tanamn jagung menampik hipotesis ini.
• Teori Asal Meksiko
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 – 10.000 tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal
1.2
Botani Tanaman Jagung
Klasifikasi Tanaman :Ø
Kingdom : Plantae (Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Jagung hibrida di ladang.Ø
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
1.3 Syarat Tumbuh
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut.
TanahØ
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.
Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 – 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar,
IklimØ
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
1.4 Program pemuliaan pada tanaman jagung
Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode eksploitasi potensi genetik tanaman untuk mendapatkan kultivar atau varietas unggul baru yang berdaya hasil dan berkualitas tinggi pada kondisi lingkungan tertentu (Guzhov 1989, Stoskopf et al. 1993, Shivanna and Sawhney 1997, Mayo 1980). Eksploitasi potensi genetik tanaman semakin gencar setelah dicetuskannya revolusi hijau. Sejak itu, pemulia tanaman telah berhasil memperbaiki tanaman untuk sifat kualitatif maupun kuantitatif yang mempengaruhi penampilan agronomis maupun preferensi konsumen menggunakan pengamatan fenotipik yang dibantu dengan metode statistik yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul melalui pendekatan tersebut seperti yang disarikan oleh Lamadji et al. (1999) di antaranya adalah (i) memerlukan waktu yang cukup lama; (ii) kesulitan memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat morfologi atau agronomi karena penampilan fenotipe tanaman bukan hanya ditentukan oleh komposisi genetik, tetapi juga oleh lingkungan tumbuh tanaman; (iii) rendahnya frekuensi individu yang diinginkan yang berada dalam populasi seleksi yang besar untuk mendapat hasil yang valid secara statistik; (iv) fenomena pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan sifat tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi molekuler pada awal tahun 80an, telah ditemukan teknologi molekuler berbasis DNA. Markah molekuler merupakan alat yang sangat baik bagi pemulia dan ahli genetik untuk menganalisis genom tanaman. Sistem ini telah merevolusi bidang pemetaan genetik, antara lain dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan keragaman genetik, klasifikasi dan filogeni yang berhubungan dengan pengelolaan plasma nutfah, dan alat bantu dalam pemuliaan dan seleksi melalui penandaan gen. Pada akhirnya dapat digunakan sebagai suatu cara untuk pengklonan gen yang difasilitasi oleh peta markah molekuler. Tulisan ini membahas beberapa strategi pemanfaatan markah molekuler dalam pemuliaan jagung.
Markah molekuler adalah suatu penanda pada level DNA yang menawarkan keleluasaan dalam meningkatkan efisiensi pemuliaan konvensional dengan melakukan seleksi tidak langsung pada karakter yang diinginkan, yaitu pada markah yang terkait dengan karakter tersebut. Markah molekuler tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat terdeteksi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Oleh karena markah molekuler dapat mengkarakterisasi ,galur-galur secara langsung dan tepat pada level DNA sehingga dapat dibentuk kelompok heterotik dan pola heterotik, yang dapat memandu para pemulia dalam menyeleksi kandidat tetua hibrida secara cepat, tepat, dan efisien. Selain itu, markah-markah tersebut dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi perbedaan tanaman secara individu melalui profilprofil unik secara alelik yang diaplikasikan dalam perlindungan kultivar tanaman. Kemiripan genetik dari dua genotipe dapat diperkirakan secara tidak,langsung dari data pedigree dan melalui markah molekuler (isozim, protein dan markah DNA). Markah DNA dapat digunakan pula sebagai alat bantu seleksi (MAS = Marker-Assisted Selection), di mana seleksi hanya didasarkan pada sifat genetik tanaman, tanpa intervensi faktor lingkungan. Dengan demikian, pemuliaan tanaman menjadi lebih tepat, cepat dan relatif lebih hemat biaya dan waktu.Teknologi markah molekuler
dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.
III. BAHAN
DAN METODE
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan di kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution
Km 11, Kelurahan simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru. Waktu
praktikum di laksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan April Sampai
Juni 2013.
B.
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang di gunakan dalam
pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Benih jagung manis (Sweet Boy)
2.
Pupuk NPK
3.
Pupuk kandang
Sedangkan alat
– alat yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Gembor
2.
Sabit
3.
Cangkul
4.
Garu
5.
Meteran
6. Alat tulis
C.
Pelaksanaan
Praktikum
1.
Pengerjaan lahan
Pekerjaan
pertama yang dilakukan adalah mencangkul tanah dengan tujuan membalik dan
menggemburkan tanah. Kemudian tanah digaru dan batu, bongkahan tanah dan sisa
gulma dibersihkan. Sisa gulma yang telah dipisahkan dibakar di atas bedengan.
Setelah itu dibentuk bedengan dengan
ukuran 5 x 5 m. Selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam
ukuran 40 x 60 cm .
2.
Pemberian pupuk kandang dan pupuk dasar.
Pupuk
kandang yang sudah matang diberikan pada setiap bedengan setelah
dilakukan pengolahan tanah. Masing – masing bedengan diberikan 1 karung pupuk
kandang. Bersamaan dengan penanaman diberikan pupuk NPK.
3.
Penanaman
Penanaman
jagung dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan kedalaman tugal 5 cm dengan jumlah 1benih per lubang tanam. Penyisipan dilakukan
seminggu setelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh.
4.
Pemupukan
Pada
tanaman jagung pemupukan pertama diberikan NPK bersamaan dengan waktu
penanaman. Pada saat tanaman berumur 30 hari dilakukan pemberian pupuk NPK
kedua kalinya .
5.
Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini menyangkut
ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Apabila di rasa kurang air perlu
dilakukan penyiraman. Akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2 kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari.
b. Penyiangan
Penyiangan akan dilakukan dengan memperhatikan jumlah populasi gulma,
apabila sudah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman barulah
dilakukan penyiangan.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit tanaman yang rusak ataupun mati.
6.
Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma
Untuk
melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit biasa dilakukan upaya
preventif berupa tindakan – tindakan agronomis. Selanjutnya pengendalian
dilakukan sesuai dengan materi praktikum
a. Hama yang
menyerang :
-
Semut menyerang jagung saat
penanaman, pengendalian dilakukan dengan memberikan furadan.
-
Lalat Buah menyerang jagung,
pengendalian dilakukan dengan peyemprotan Petrogenol.
b. Penyakit
yang menyerang tidak ada
c. Untuk gulma, pengendalian dilakukan
secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman menggunakan tangan dan menggunakan
cangkul.
D.
Parameter
Pengamatan
Adapun para meter yang diambil dalam Praktikum
diantaranya :
1.
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan
menghitung jumlah tinggi ketika munculnya tunas pada tanaman, dengan menentukan
5 sampel.
2.
Jumlah Buah
Pengukuran jumlah buah dilakukan pada
tanaman yang sudah muncul pucuk buah sampai terbentuknya buah , dengan menentukan
5 sampel.
3.
Jumlah Panjang Tongkol
Perhitungan
panjang tongkol dilakukan pada saat tanaman sudah terjadinya perkawinan dan
terjadinya buah dan pada saat munculnya pucuk buah dihitung dari munculnya buah
sampai panen, dengan menentukan 5 sampel.
4. Jumlah
Biji buah Jagung Per Tongkol
Perhitungan
jumlah biji jagung per tongkol dilakukan pada saat kita melakukan pemanenan di
lakukan penghitungan biji, dengan menetukan 5 sampel.
|
A.
Tinggi Tanaman
( cm )
Minggu
Pengamatan
|
Tinggi tanaman (cm)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
23
|
22
|
20
|
19
|
17
|
Minggu 2
|
44
|
42
|
34
|
35
|
22
|
Minggu 3
|
72
|
71
|
72
|
79
|
79
|
Minggu 4
|
113
|
96
|
143
|
120
|
118
|
Minggu 5
|
145
|
130
|
135
|
150
|
159
|
Minggu 6
|
245
|
167
|
221
|
210
|
215
|
Minggu 7
|
235
|
219
|
220
|
237
|
222
|
Minggu 8
|
265
|
222
|
210
|
212
|
228
|
Berdasarkan data pengamatan tinggi
tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada praktikum
ini memiliki pertumbuhan tinggi yang baik. Hal ini berarati pertumbuhan
vegetatif dari tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang
sesuai dan terpenuhnya kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu
pemupukan yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman jagung.
B.
Jumlah Buah
Minggu
Pengamatan
|
Jumlah Buah
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Minggu 7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Minggu 8
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Berdasarkan
data pengamatan jumlah buah
tanaman jagung dapat diketahui bahwa rata – rata tanaman jagung pada
praktikum ini memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik. Hal ini berarati
tanaman jagung maksimal, dikarenakan tindakan agronomi yang sesuai dan terpenuhnya
kebutuhan hara makro dan mikro. Jumlah pupuk dan waktu pemupukan yang tepat
memberikan pengaruh yang positif terhadap pertambahan ukuran buah jagung .
Selain itu hal ini juga disebabkan pengaruh faktor lingkungan seperti curah
hujan dan intensitas cahaya yang baik selama praktikum.
C.
Panjang Tongkol Jagung
Minggu
Pengamatan
|
Panjang Tongkol jagung
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
5
|
4
|
7
|
5
|
6
|
Minggu 7
|
15
|
15
|
16
|
17
|
14
|
Minggu 8
|
25
|
29
|
27
|
26
|
30
|
Berdasarkan
data pengamatan panjang tongkol jagung
dapat diketahui bahwa pertumbuhan tongkol sangatlah baik dikarnakan setipa
minggunya terjadinya penabahan ukuran tongkol dan penambahan diameter tongkol
ini berarti pertumbuhan vegetatif tanaman jagung sangat baik. Selain hal ini juga disebabkan
pengaruh faktor lingkungan seperti curah hujan, intensitas cahaya dan
pengendalian hama lalat buah yang baik selama praktikum.
D.
Jumlah Biji Buah Jagung Per Tongkol
Minggu
Pengamatan
|
Jumlah Biji Per Tongkol
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Minggu 1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Minggu 8
|
252
|
258
|
245
|
236
|
249
|
Berdasarkan
data pengamatan jumlah biji buah jagung per
tongkol dapat diketahui bahwa jumlah biji tanaman jagung per tongkol berbeda
dari tongkol tanaman jagung yang satu dengan tanaman jagung yang lainnya
mungkin disebabakan kurangnya unsur hara dan air yang diserap oleh tanaman
jagung karna pada saat dilakukan praktikum ini dilaksanakan pada musim kemarau
sehingga berpengaruh terhadap diameter tongkol dan ukuran tongkol yang dihasilkan setiap
tanaman.
BAB VI
PANUTUP
A. Simpulan
1. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung
Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat
diperlukan tanaman.
2. Jagung (Zea mays L.) merupakan
salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai
pangan pokok.
3. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
4. Selain sebagai bahan pangan dan
bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi
alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer
sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik.
5. Pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) dan
P1 (50 gram) dengan pemakaian pupuk urea, dimana hasil pertumbuhannya yaitu
jumlah daun 5 helai, daun pinggir menguning 1 helai, daun menggulung tidak ada,
dan daun segar 4 helai.
6. Jumlah daun pada perlakuan P2 (100
gram) dan P3 (150 gram) sebanyak 3 helai, Hal ini disebabkan karena tanaman
kelebihan N (Nitrogen) sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, dimana
batang-batang lemah dan mudah roboh juga rentang terhadap penyakit.
B. Saran
Apabila melakukan penanaman,
sebaiknya memperhatikan terlebih dahulu jenis tanaman yang akan ditanam, media
atau tempat menanam. Karena kebutuhan tanaman akan unsur hara dan bahan
organik berbeda-beda, begitu pula dengan
tanah mengandung unsur hara yang berbeda pula, sehingga pemberian pupuk pada
tanah dan tanaman berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.
AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Jakarta.
Aditya, Agus. 2009. Pengaruh Pupuk Urea. Di akses pada
tanggal 28 Januari 2012.
Hakim, N. 1896. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung, Lampung.
Harry, Dwi. 2010. Asal Usul Tanaman
Jagung. Di akses pada tanggal 28 Januari
2012.
Poerwowidodo. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Asdi
Mahasatya, Jakarta.
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
No
|
Kegiatan Praktikum
|
Bulan/Tahun 2012
|
|||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pembersihan
lahan
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pembuatan
bedengan
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pemupukan
dasar
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penanaman
jagung
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyulaman
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
6
|
Pengisian
polibeg
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
7
|
Penyiangan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
8
|
Penyiraman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Pembuatan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
Lampiran
2. Dokumentasi
No comments:
Post a Comment