KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim...
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para
keluarganya, para sohabatnya dan semoga semua umatnya.
Makalah ini dibuat dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas yang disampaikan oleh yang terhormat Ibu Ir.Hj,Rusmawati,M.Si pada mata
kuliah yang disampaikan adalah Klimatologi.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bahan kajian pada
makalah ini. Akhirnya penulis hanya dapat berharap mudah-mudahan makalah dapat
bermanfaat. Amin
Pekanbaru,
April 6, 2012
Penulis
BAB I
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor
produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan. Dalam praktek, iklim dan
cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan,
kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor
pembatas produksi pertanian. Karena
sifatnya yang dinamis, beragam dan terbauka, pendekatan terhadap cuaca/iklim
agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian , diperlukan suatu pemahaman
yang lebih akurat teradap karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi
data iklim. Mutu hasil analisis dan
interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan,
juga sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi
dan kerjasama yang baik antar instasi pengelola dan pengguna data iklim demi
menunjang pembangunan pertanian secara keseluruhan.
2. Rumusan masalah
1. Iklim dan Tanaman
2. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam Pertanian
3. Informasi Iklim dalam Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis
4. Hambatan Pengembangan Jaringan Pengamatan dan Data Base Iklim
BAB II
Pembahasan
MANFAAT INFORMASI IKLIM BAGI PEMBANGUNAN
PERTANIAN
1. Iklim dan Tanaman
1.1 Terminologi iklim
Iklim merupakan
salah satu komponen ekosistem (bio-fisik) yang proses dan dinamikanya
dipengaruhi oleh faktor global dan berada di luar atmosfer. Kejadian iklim tidak terlepas dari dinamika
alam, terutama proses rotasi 23,5 0 teradap bidang (normal), air
serta energi. Penjabaran dari zat alir
dan energi tersebut adalah unsur-unsur iklim, seperti tekanan udara dan angin,
curah hujan, suhu, radiasi surya, kelembaban nisbi dan lain-lain.
Istilah “iklim”
yang sehari-hari dipahami secara awam, sebenarnya terkandung dua pengertian dan
terminologi yang agak berbeda berdasarkan dimensi waktu, yaitu iklim itu
sendiri dalam pengertian climate, dan
cuaca dalam pengertian weather. Secara sederhana, iklim adalah gambaran umum
atau keadaan rata-rata dari fisika atmosfer pada suatu lokasi atau wilayah
selama periode waktu tertentu (minimum harian).
Sedangkan cuaca adalah keadaan fisika atmosfer pada suatu lokasi atau
wilayah pada saat tertentu atau dalam periode jangka pendek (maksimum harian).
1.2 Peranan unsur-unsur iklim bagi tanaman
Pertumbuhan dan
produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai
fisiologi lainnya. Proses fotosintesis
sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan
fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi/
dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi,
untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman.
Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa
organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses
metabolisme tanaman.
Selain radiasi
surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi
CO2 dan suhu udara. Sedangkan
proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan
dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari
jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi
energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan
tanaman. Secara fisika, proses
transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban
udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses
metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah
juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran),
suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin.
Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak
ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi
oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Pada Tabel 1 disajikan matriks relative peranan unsur-unsur iklim dalam
berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produksi tanaman.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu
keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air
(kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu
tertentu dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi
dari unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat). Demikian juga, pertumbuhan dan produksi
tanaman merupakan manivestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi selama
fase atau periode pertumbuhan tertentu
oleh sebab itu dalam pengertian yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa
pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim (sebagai
akumulasi keadaan cuaca) selama pertumbuhan tanaman.
2. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam
Pertanian
Secara teknis
dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim berpengaruh terhadap produksi
dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing mempunyai pengaruh dan peran yang
berbeda teradap berbagai aspek dalam budidaya tanaman.
Sedangkan secara
konseptual, pendekatan dan informasi iklim dalam pembangunan pertanian
berkaitan dengan 5 aspek atau kegiatan (Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam
Surmaini, dkk.), yaitu :
- pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang, pemwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan lain-lain
- perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti perencanaan pola tanam, pengairan, pemupukan, PHT (pengendalian hama terpadu), panen, dan lain-lain
- peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan, ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian
- pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)
- menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.
Informasi iklim
sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi potensi dan daya dukung wilayah untuk
penetapan strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola tanam,
cara pengairan, pemwilayahan agroekologi, dan komoditi. Pemwilayahan komoditi pertanian dapat disusun
berdasarkan agroklimat, karena tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan tumbuh
tertentu untuk berproduksi optimal.
Suatu tanaman yang tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal secara
terus-menerus memerlukan kesesuaian iklim. Kondisi kesesuaian tersebut
memungkinkan suatu wilayah untuk dikembangkan menjadi pusat produksi suatu
komoditi pertanian. Kajian sumberdaya
agroklimat pada strata ini harus sejajar dan padu dengan kajian tanah, sosial
ekonomi dan faktor produksi lainnya.
Informasi iklim
yang dibutuhkan dalam pengembangan wilayah adalah identifikasi dan interpretasi
potensi dan kendala iklim berdasaran data meteorologi, seperti curah hujan,
suhu udara, radiasi surya dan unsure iklim lainnya. Pada kajian yang lebih kuantitatif data iklim
dibutuhkan sebagai input utama dalam pemodelan/simulasi pendugaan potensi
produksi atau produktivitas dan daya dukung lahan.
Keadaan iklim
aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan pola tanam, jenis
komoditi, teknologi usahatani, pertumbuhan , produksi tanaman, serangan
hama/penyakit dan lain-lainnya. Apalagi
sistem usahatani pada lahan kering, berbagai unsur iklim terutama pola dan
distribusi curah hujan sangat dominan teradap produksi.
Dalam praktek,
iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan, kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi. Untuk itu, pendekatan yang memerlukan input
rendah adalah menyesuaikan kegiatan budidaya dan paket teknologi pertanian
dengan iklim dan cuaca yang ada pada suatu wilayah.
Efektivitas dan efisiensi pestisida untuk
pengendalian hama dan penyakit juga sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu
udara dan kelembaban. Pengendalian hama
terpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang dimungkinkan atas dasar pengetahuan
tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca,
suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara
dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang dilakukan dengan cara
kimiawi, hayati maupun kultur teknis.
Kegiatan operasional pertanian memerlukan
prakiraan cuaca /iklim yang lebih akurat dan kuantitatif dalam periode harian,
dasarian, bulanan atau musiman. Ini
dapat dilakukan melalui pengembangan /penerapan sistem analisis dan teknik
prakiraan cuaca dan pendugaan iklim yang lebih kuantitatif dengan model
statistik. Akurasi analisis dalam
prakiraan tersebut sangat tergantung pada ketersediaan, sebaran dan mutu data
meteorologi.
Dibandingkan dengan faktor produksi atau
sumberdaya pertanian lainnya, peranan dan pertimbangan terhadap sumberdaya
iklim dalam pembangunan dan peningkatan produksi pertanian relatif
terbatas. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
- perbedaan persepsi terhadap karakteristik iklim. Banyak kalangan mengagnggap iklim bukan sebagai sumberdaya, melainkan sebagai kendala produksi pertanian.
- Kurangnya apresiasi terhadap sumberdaya iklim. Sumberdaya iklim yang dinilai bersifat “given” harus diterima apa adanya dan tidak perlu dilakukan upaya antisipasi dan upaya memanfaatkannya secara optimal.
- Sangat terbatasnya informasi iklim efektif dan aplikatif (berdayaguna) untuk bidang atau kegiatan pertanian. Informasi agroklimat yang efektif dan aplikatif dapat berupa identifikasi, analisis dan interpretasi, prediksi, ramalan, zonasi, modeling dan lain-lain.
Selain sangat
erat kaitannya dengan kemampuan dan penguasaan teknik dan metodologi analisis
iklim, keterbatasan informasi yang aplikatif dan efektif juga disebabkan oleh
terbatasnya jumlah, mutu dan sebaran data iklim. Beberapa faktor penting untuk mengatasi
keterbatasan tersebut adalah melalui memperbanyak peralatan/stasiun pengamatan
serta penyediaan dan pembinaan SDM untuk meningkatkan mutu pengamatan dan
kemampuan analisis.
3. Informasi Iklim dalam Ketahanan Pangan
dan Pengembangan Agribisnis
Resiko pertanian
akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak kekeringan, kebasahan
atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “frost”,
angin, kelembaban tinggi dan lain-lain.
Resiko pertanian akibat iklim tersebut, selain menyebabkan rendahnya
hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga ketidakstabilan produksi
pertanian secara nasional. Faktor
penyebab resiko pertanian antara lain, fluktuasi dan penyimpangan iklim,
ketidaktepatan peramalan iklim, perencanaan usahatani dan pemilihan
komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.
Analisis iklim
dalam kaitannya dengan resiko pertanian antara lain adalah pemodelan iklim
untuk peramalan iklim dan penyimpangannya, karakteristik dan analisis sifat
curah hujan, peluang deret hari kering (tanpa hujan) dalam kaitannya dengan
kekeringan, intensitas dan pola curah hujan dalam kaitannya dengan resiko
ancaman banjir, erosi dan lain-lain.
Dalam
pembangunan pertanian yang lebih berorientasi atau berbasis dan bertujuan untuk
optimalisasi dan efisiensi sumberdaya pertanian termasuk sumberdaya agroklimat
dibutuhkan suatu sistem pertanian preskriptif (prescriptif farming). Sistem
preskriptif adalah sistem usaha pertanian yang sesuai (produkstivitas tinggi
dan efisien) dengan potensi sumberdaya, faktor sosial ekonomi dan kelembagaan
(Makarim, Sirman dan Sarlan, 1999).
Dalam sistem
pertanian preskriptif dibutuhkan informasi yang lengkap dan handal seluruh
komponen dan sub komponen dalam sistem produksi, termasuk iklim (Bell and
Doberman, 1997 dalam Surmaini, 2000).
Berbeda dengan komponen produksi lain, peluang untuk memanipulasi faktor
iklim sangat kecil, sulit diduga tetapi sangat menentukan produktivitas
tanaman. Oleh sebab itu, informasi iklim
sangat strategis dan menjadi pertimbangan yang lebih dini dalam pengembangan
pertanian preskreptif tersebut.
Berdasarkan
analisis resiko akibat iklim, dapat dikembangkan sistem pengelolaan lahan yang
terintegrasi dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik, terutama
sumberdaya tanah dan iklim. Untuk lebih
efektif dan berdaya hasil tinggi dan berkelanjutan, diperlukan kombinasi
optimal antara teknologi produksi dan komoditas dengan sistem pengelolaan
sumberdaya lahan secara optimal.
Konsep pertanian
tangguh yang antara lain dicirikan oleh sistem agribisnis adalah pertanian yang
mampu menghasilkan produksi secara optimal, mantap (stabil) dan berkelanjutan
yang secara ekonomi menguntungkan serta mampu melestarikan sumberdaya dan
lingkungan. Oleh sebab itu, analisis
resiko iklim tidak hanya ditujukan untuk memproteksi tanaman dari deraan iklim,
tetapi juga memproteksi atau mengkonservasi sumberdaya lahan secara efektif dan
antisipatif.
4. Hambatan Pengembangan Jaringan
Pengamatan dan Data Base Iklim
Dinamika iklim
yang sangat tinggi membutuhkan teknik dan metode analisis yang komprehensif
dengan sistem data base yang iklim yang handal dan berkelanjutan. Untuk itu, data base iklim harus diperaharui
dan untuk kebutuhan berbagai analisis iklim pada umumnya membutuhkan data seri
waktu dalam periode tertentu. Oleh sebab
itu, pengkayaan dan pemutakhiran data iklim yang didukung oleh sistem
pengamatan yang baik haruslah berkelanjutan.
Selain adanya
interaksi antar unsurnya, kondisi iklim suatu lokasi saling berkorelasi dengan
lokasi lainnya, baik dalam skala lokal (meso) maupun regional dan global
(makro). Oleh sebab itu, untuk
menghasilkan informasi iklim dan analisis resiko iklim yang efektif dan akurat
dibutuhkan data iklim dari beragai stasiun pengamatan iklim yang satu sama lain
saling melengkapi dan bersifat sinergis (Las, Irianto & Surmaini, 2000).
Kegunaan stasiun
iklim adalah :
(a) untuk
mengetahui kondisi cuaca dan iklim secara real
time untuk berbagai keperluan/tujuan,
(b) pengkayaan
data (berdasarkan waktu dan lokasi) untuk keperluan analisis dan interpretasi
iklim yang membutuhkan data time series
dari banyak lokasi,
(c) untuk
mendukung peramalan/pendugaan iklim.
Oleh sebab itu, kerapatan stasiun sangat besar pengaruhnya terhadap
akurasi analisis dan interpretasi iklim.
Untuk setiap pembangunan stasiun iklim harus diintegrasikan dalam satu
sistem dengan stasiun lainnya, tanpa harus mempertimbangkan sistem kepemilikan
(Las, Irianto & Surmaini, 2000).
Data iklim yang tersedia saat ini masih sangat
terbatas dengan sebaran yang tidak merata.
Namun demikian sebagian diantaranya malah over lapping akibat belum efektifnya sistem koordinasi dan
jejaringan kerjasama antar instansi penyedia dan pengguna data iklim. Jenis unsur iklim yang diamati dan periode
pengamatan masih sangat beragam dan sering terputus. Akibatnya sebagian data tidak dapat
dimanfaatkan.
Selain sistem koordinasi, standarisasi alat dan
sistem pengamatan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pengamatan
dalam suatu jaringan stasiun iklim.
Sebagian alat yang ada diamati dengan interval pengamatan yang tidak
sama untuk tujuan yang sama atau sebaliknya ada pengamatan yang sama untuk
tujuan yang berbeda.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan :
- Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga, oleh karena itu pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah menyesuaikan sistem usahatani dengan keadaan iklim setempat
- Faktor iklim mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
- untuk meningkatkan efektifitas infomasi iklim dan penggunaannya, perlu dikembangkan suatu sistem jaringan stasiun dan data base yang lebih efektif yang didukung sistem kelembagaan dan koordinasi yang terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Las, Irianto
& Surmaini. 2000 “ Pengantar
Agroklimat dan Beberapa Pendekatannya” Balitbang Pertanian, Jakarta.
Makarim, dkk.
1999. “Efisiensi Input Produksi Tanaman
Pangan melalui Prescription Farming”. Simposium Tanaman pangan IV.
Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Surmaini, dkk.
1999. “Analisis Peluang Penyimpangan
Iklim dan Pola Ketersediaan Air pada Wilayah Pengembangan IP Padi 300”.
Puslittanak ARMP II, Balitbang Pertanian, Jakarta.
Winarso, P.A.
2000 “ Kondisi & Masalah Penyusunan
Prakiraan Cuaca & Iklim dan Prospeknya di Indonesia” BMG, Jakarta.
Winarso, P.A.
1998 “ Peramalan Cuaca & Iklim serta
Pemanfaatannya untuk Pertanian” Makalah Pelatihan Analisa & Pemantauan
Faktor Iklim untuk Pertanian, Dept. Pertanian, Jakarta.
No comments:
Post a Comment